Catatan Redaksi – Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Televisi Republik Indonesia (TVRI) pasca hadirnya televisi swasta memang tak sepopuler dulu saat televisi pelat merah tersebut berdiri tegak sendiri karena tak ada pesaing.
Bahkan program-program yang disuguhkan TVRI nyatanya tidak lebih terkenal dari program yang ada di televisi swasta.
Namun Iman Brotoseno, Direktur Utama LPP TVRI punya alasan dan pandangan berbeda. Menurutnya, hingga saat ini lembaga yang dia pimpin tersebut masih konsisten dalam merawat budaya dan tradisi Indonesia.
Persaingan di industri pertelevisian yang semakin ketat mendorong pelaku industri televisi untuk berlomba-lomba menyuguhkan program-program yang berorientasi pada rating dan share audience dari Nielsen Media Research.
Keadaan inilah yang menurut Iman Brotoseno tidak terhindarkan. Namun bagi TVRI sebagai LPP mereka harus tetap berpegang pada visi misi yang diamanatkan undang-undang.
Diakui Iman, pihaknya tidak anti dengan data yang secara berkala dikeluarkan Nielsen itu, bahkan pihaknya juga mengaku berlangganan.
Namun karena berbagai pertimbangan mereka tidak menjadikan data Nielsen tersebut sebagai patokan.
“Saya paham tv swasta selalu merujuk kepada data dari Nielsen dalam rating dan share audience. Saya tidak anti dengan data ini, bahkan kami juga berlangganan. Namun kami tidak menjadikan data ini sebagai patokan. Karena ada pemahaman yang berbeda, dan TVRI punya fungsi kepublikan yang tak bisa diabaikan,” katanya.
Karena peran itulah program berbasis budaya dan tradisi mendapat tempat khusus. “Selama ini kami secara konsisten melestarikan kebudayaan, merawat tradisi dan menjadi alat perekat sosial. Kami juga sebagai garda terdepan untuk menjaga NKRI dan Pancasila. Sejauh ini kita sudah bisa melakukan tugas untuk memberikan pelayanan publik yang terkait dengan fungsi kepublikan itu. Kami sudah berada di rel yang benar,” tandas Iman.
Sebagai tv publik, memang TVRI akan apple to apple bila dibandingkan dengan tv sejenis di manca negara seperti CCTV (China), NHK (Jepang), BBC (Inggris) dan CNA (Singapura) dan lain-lain.
Selain menyasar masyarakat Indonesia baik yang berdomisili di Indonesia dan manca negara, TVRI melalui Kanal TVRI World juga diproyeksi menjadi alat propaganda Indonesia di dunia luar.
“Kalau dibandingkan dengan tv publik di negara-negara lain kita masih harus banyak berbenah dan belajar agar benar-benar bisa menjadi seperti yang diharapkan,” katanya.
Namun jika dibandingkan dengan tv swasta dalam negeri, menurut Iman bahwasanya TVRI punya keunggulan tersendiri yang mungkin tidak bisa di-implementasikan secara maksimal di tv swasta. Hal tersebut adalah peran pelayanan media massa sebagai informasi, pendidikan, dan hiburan yang sehat kepada publik.
Iman mengklaim bahwa TVRI sudah berada di rel yang benar dalam aspek tersebut.
“Sesuai yang diamanatkan oleh undang-undang ada fungsi kepublikan yang harus dijalani, seperti memberikan informasi yang akurat dan sehat. Kemudian melestarikan kebudayaan, merawat tradisi dan menjadi alat perekat sosial. Kami juga sebagai garda terdepan untuk menjaga NKRI dan Pancasila. Sejauh ini kita sudah bisa melakukan tugas untuk memberikan pelayanan publik yang terkait dengan fungsi kepublikan itu. Kami sudah berada di rel yang benar. Saat ini kita banyak program-program yang mungkin tidak terlalu komersial dan mungkin tidak terlalu populer jika dibanding dengan program di televisi swasta. Kami tetap jalankan karena ini tugas yang diamanatkan pada TVRI,” ujar Iman.
Iman membeberkan bahwasanya TVRI masih mempertahankan beberapa program siar yang diklaimnya menjunjung budaya dan tradisi, mulai dari program musik, agama, wisata hingga UMKM.
“Kalau di TV nasional lainnya mungkin hanya musik pop atau musik dangdut. Kita merawat musik keroncong, jazz, country, rock juga ada musik indi melalui program musik yang ada. Kami juga juga punya program UMKM dikemas dengan cara kekinian. Namanya Paten, itu singkatan dari pemuda kreatif dan keren. Itu juga sesuai dengan arahan presiden Jokowi ketika beliau menerima saya yang minta supaya TVRI membuat program dengan platform UMKM. Mungkin tv-tv lain enggak enggak melihat itu sebagai sesuatu yang menarik, ya enggak masalah,” tuturnya.
“Menurut hasil riset dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) beberapa bulan yang lalu dengan 12 perguruan tinggi negeri di Indonesia konten berita TVRI adalah yang terbaik di antara tv-tv nasional. Selain itu konten religi dan konten anak juga mendapatkan predikat terbaik. Untuk konten wisata dan travel TVRI nomor dua setelah MetroTV. Jadi hasil kami tidak buruk-buruk amat. Menurut penelitian Reuters Institute dan Oxford University tahun lalu, TVRI dipilih sebagai salah satu media yang paling terpercaya publik di Indonesia. Kami menjadi media yang menjadi tempat rujukan, seperti clearing house,” tambah Iman.
Tak lupa Iman juga menyebut program Pesona Indonesia yang merupakan program wisata berfokus pada budaya, turisme dan menjadi highlight di TVRI.
“Selain keberagaman wisata, program keagamaan seperti mimbar agama Khonghucu, Kristen, Katolik, Budha, Hindu dan Islam tentunya juga masih konsisten kami buat sejak dahulu. Saya tidak khawatir TVRI akan ditinggal pemirsa karena programnya dianggap tidak komersial. Jika merujuk kepada data Nielsen ada yang hanya diambil di 11 kota besar mulai dari Medan sampai Jakarta Surabaya Denpasar bahkan di Indonesia Timur hanya Makassar,” kata Iman.
Apa yang membuat Dirut TVRI begitu percaya diri bahwa TVRI tidak akan ditinggal pemirsanya tak lain tak bukan karena TV plat merah tersebut merupakan televisi yang paling menjangkau seluruh negeri dengan bekal 361 pemancar yang menembus pelosok negeri, perbatasan negara, pengunungan dan desa-desa.
“Kalau tv swasta bervariasi, ada yang 10, 50, 60, 80 pemancar. Inilah kekuatan TVRI yang harus dioptimalkan,” tegas Iman.
Meski begitu, Iman tidak menampik fakta bahwa sampai saat ini siaran TVRI baru menjangkau 78 persen dari populasi. Namun ia menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen memperluas jangkauan siar dengan menambah infrastruktur.
“Di Indonesia bagian Timur di pedalaman Papua, belum terjangkau. Kita terus membangun pemancar. Kalau rencana digitalisasi seluruh negeri terealisir kita berharap minimal 92 persen cakupan akan meningkat. Jadi tinggal 8 persen, saya pikir itu sudah maksimal karena tidak mudah untuk medan pulau-pulau dengan kontur yang bervariasi,” kata Iman.
Menariknya saat disinggung soal Analog Switch-Off (ASO) atau transmigrasi siaran televisi dari analog ke digital yang ditargetkan tuntas pada 02 November 2022 mendatang, Iman tak ragu menyebutkan bahwa TVRI merupakan televisi yang paling siap Go Digital.
“Meski pemberlakuan ASO itu bertahap mulai 30 April 2022, 25 Agustus 2022 dan 22 November 2022, kami siap kapan pun. TVRI itu sudah melakukan siaran digital sejak tahun 2016 sampai 2021. Yang benar hampir semua stasiun TVRI di daerah melakukan siaran digital dan analog secara bersamaan atau yang disebut simulcast. Yang belum siap itu tv sebelah,” katanya.
Berbicara soal persaingan, Iman juga menyampaikan kekhawatirannya soal eksistensi televisi yang makin kesini makin kalah pamor dengan perkembangan media baru. Hal tersebut dinilainya merubah paradigma lama yang mana kalau dulu televisi saling bersaing, kini televisi harus berkolaborasi demi menjaga positioning ditengah gempuran media baru dan media sosial. Maka salah satu targetnya adalah TVRI bisa memiliki OTT (over the top) dalam waktu dekat ini.
“Suatu saat TV itu tidak akan dinikmati dengan cara konvensional lagi. Menonton TV dengan cara kita dulu bersama keluarga atau sendirian, cara duduk di depan TV sudah nggak lagi. TV itu akan dinikmati melalui mobile dengan gadget dan internet. Jadi ujung-ujungnya konten yang menentukan. Anak milenia sekarang mencari berita 80 persen di media sosial. Berita yang kita buat harus related dengan sosial media. Kita bangun media baru dengan bikin channel Youtube dan Tiktok. Tahun in saya targetkan kita punya OTT (over the top). Jadi kita bisa jual program kepada penonton. Dengan menayangkan program lama yang direstorasi,” ujarnya.
Terakhir Iman juga menyampaikan bahwa target utama TVRI tidak hanya melayani pemirsa dalam negeri, melainkan juga menjadi corong potensi Indonesia di kancah internasional melalui salah satu kanalnya yakni TVRI World.
“Banyak yang nggak tahu kalau TVRI itu punya 4 kanal sekarang. TVRI Nasional, TVRI Daerah, TVRI Sport dan TVRI World. Yang terakhir adalah kanal yang siaran 24 jam dan semuanya berbahasa Inggris. Ini penting untuk propaganda RI di luar negeri. Seperti negara lain yang juga sudah punya; CCTV (China), NHK (Jepang), BBC (Inggris) dan CNA (Singapura). TVRI World isinya budaya, pariwisata, peluang investasi, infornasi produk Indonesia dan diplomasi Indonesia. Untuk momen G20 TVRI ditunjuk sebagai host broadcaster. TVRI World akan kita maksimalkan untuk perhelatan ini,” pungkasnya.
(can/cr)